Aku berani mencintaimu dalam keheningan malam, yang mampu membunuh setiap hampa jiwa.
Aku berani mencintaimu dalam keramaian kota, yang bising dan berisik tanpa peduli.
Aku berani mencintaimu dalam helaian nafas dan darah yang tak pernah berhenti mengalir.
Aku berani mencintaimu di bawah remang-remang lampu jalanan.
Aku berani mencintaimu pada debur ombak yang menghantam bibir pantai.
Aku terlalu membencimu pada setiap langkah dan gerak kakimu.
Aku terlalu membencimu pada setiap tatapan dan lirikan matamu.
Aku begitu membencimu pada jalanan yang kau susuri.
Aku begitu membencimu pada setiap ucapan dan tindakanmu.
Aku mampu merindukanmu di bawah rintik hujan, yang jatuh dari langit kelabu.
Aku mampu merindukanmu hanya dalam bayang-bayang senyummu.
Aku mampu merindukanmu dalam kedamaian dan kekusutan hari demi hari.
Aku berani mencintaimu dalam keramaian kota, yang bising dan berisik tanpa peduli.
Aku berani mencintaimu dalam helaian nafas dan darah yang tak pernah berhenti mengalir.
Aku berani mencintaimu di bawah remang-remang lampu jalanan.
Aku berani mencintaimu pada debur ombak yang menghantam bibir pantai.
Aku terlalu membencimu pada setiap langkah dan gerak kakimu.
Aku terlalu membencimu pada setiap tatapan dan lirikan matamu.
Aku begitu membencimu pada jalanan yang kau susuri.
Aku begitu membencimu pada setiap ucapan dan tindakanmu.
Aku mampu merindukanmu di bawah rintik hujan, yang jatuh dari langit kelabu.
Aku mampu merindukanmu hanya dalam bayang-bayang senyummu.
Aku mampu merindukanmu dalam kedamaian dan kekusutan hari demi hari.
Posting Komentar untuk "Cinta, Benci, dan Rindu"