Negeri Kaitetu


Didepan Baileo Negeri Kaitetu pada tanggal 8 Oktober 1920

Negeri Kaitetu adalah negeri tempat saya dilahirkan. Negeri yang menyimpan berbagai macam adat dan budaya asli Indonesia serta Negeri adat yang menyimpan banyak bukti sejarah masa lampau. Seperti Masjid Tua Wapauwe yang merupakan masjid tertua di Indonesia dan menjadi bukti sejarah berkembangnya Islam di tanah Maluku. Serta Gereja Tua Immanuel dan Benteng Amsterdam yang menjadi saksi bisu perjuangan dan pengorbanan nenek moyang Kerajaan Tanah Hitu dalam menggapai kemerdekaan dan kesejahteraan hidup.
Berikut ini penjelasan tentang negeriku, Negeri Kaitetu.

Sejarah

Dalam catatan Rumphius, Negeri Kaitetu terletak tidak jauh dari negeri Hila di sebelah Barat pada sebuah bukit yang dibelakangnya terdapat Gunung Wawane. Catatan Rumphius juga menyatakan bahwa Negeri Kaitetu memiliki pantai berpasir putih dan dialiri dua atau tiga sungai, serta di sebelah Baratnya terdapat Tanjung Hatunuku.
Dulu, Negeri Kaitetu berada di gunung, namun kemudian hari penduduknya pindah ke pesisir pantai. Orang kaya Negeri Kaitetu bernama Healessy yang dikenal pula dengan nama Selaik. tahun 1673 beliau meninggal dunia dan diganti putera sulungnya yang bernama Patti Laha.
Negeri Kaitetu adalah Negeri yang berjuluk Uli Hatunuku. Negeri Kaitetu sendiri terdiri dari lima kampung atau lima negeri yaitu Atetu, Nukuhali, Tehala, Wawane, dan Essen.

Asal-Usul Penduduk dan Terbentuknya Negeri Kaitetu

Sebelum masyarakat bermukim di Negeri kaitetu sekarang ini, mereka bermukim di suatu tempat yang bernama "Ala Hahulu", tepatnya di gunung Wawane yang terdapat lima Hena atau Negeri yaitu Atetu, Nukuhali, Essen, Wawane, dan Tehala. Masyarakat lima hena ini yang membentuk Negeri Kaitetu sekarang ini.
Secara keseluruhan, Negeri Kaitetu terbentuk oleh 10 Soa setelah turun dari Gunung Wawane ke tempat sekarang ini.

Struktur Pemerintahan

Sistem pemerintahan Negeri Kaitetu bersifat tradisional dimana tampuk pemerintahan dipegang oleh pemimpin atau Raja yang diberi gelar Upu Latu. Upu Latu dibantu oleh seorang Kepala Soa serta seorang Panglima perang yang diberi gelar Kapitan Tikokin. Disamping itu, Upu Latu juga dibantu oleh seorang Mauweng atau tokoh agama yang diberi gelar Muella. Kepala Kewangnya adalah Sau Ema yang berfungsi sebagai Polisi Hutan dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Cerita Rakyat

Cerita rakyat yang paling menarik dan diketahui oleh setiap masyarakat Negeri Kaitetu adalah cerita rakyat Pol Siti dan Pol Raja. Konon ada dua orang putri yang berasal dari Soa Sou Lete yang melarikan diri ke hutan karena takut dinikahkan dengan orang Belanda. Lantas dua putri itu menggali lubang besar dan masuk ke dalamnya sehingga sekejap saja nyawa mereka melayang. Dari peristiwa ini, sampai sekarang di tempat kejadian, dua putri tersebut sering menunjukan wajahnya kepada orang yang memasuki hutan.

Budaya

Masyarakat Negeri Kaitetu menganggap Rumah Kakehang dan Rumah adat Baileo sebagai tempat keramat, sehingga merupakan pantangan apabila benda-benda ya
ng berada di dalamnya diambil atau disalahgunakan oleh penduduk.

Upacara perkawinan masyarakat Negeri Kaitetu sangat unik, yakni setelah melaksanakan proses pernikahan seperti biasanya, pengantin wanita harus melaksanakan adat Injak Telur atau Injak Debu. Tujuan dari upacara Injak Telur atau Injak Debu adalah memberi tanda kepada si wanita bahwa ia telah diperbolehkan masuk ke dalam rumah keluarga pengantin pria dan sudah boleh bekerja dan makan di dalam rumah keluarga pengantin pria.

Selain itu, ada pula Upacara Pelantikan Raja yang biasanya dilakukan di rumah adat Baileo. Kegiatan ini menyangkut pemasangan mahkota di atas kepala Sang Raja yang baru dilantik, biasanya dilakukan dengan mengucapkan kalimat tegas dengan bahasa daerah. Raja yang baru dilantik biasanya harus keluar dari matarumah Tuni Heilessy sebagai matarumah asli Negeri Kaitetu.

Hubungan Kerabat Negeri

Negeri Kaitetu bersaudara dengan Negeri Seith dan Negeri Lima. Konon katanya ada sejarah dan asal muasal persaudaran tersebut. Selain itu Negeri Kaitetu ber-pela dengan Negeri Sameth di Pulau Haruku dan ber-gandong dengan Negeri Kaibobu.

Navira Fatah
Navira Fatah Menulis adalah membuat jejak kehidupan

4 komentar untuk "Negeri Kaitetu"

  1. Dulu ... sekali saya pernah ke Maluku, Tapi cuma di kota Ambon dan pulau Banda Neira saja, tidak ke tempat lain. Ingin jalan-jalan ke Maluku lagi, soalnya pemandangannya bagus banget, dan ikan bakarnya enak!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kalau ada kesempatan, datang lagi ke Maluku. Banyak yang Dyah Yasmina harus lihat dan rasakan sendiri selain pemandangan yang bagus, dan ikan bakar yang enak, yakni kehidupan pela gandong dan budaya masyarakat yang begitu kuat di sana. #BarondaMaluku ^_^

      Hapus
  2. Klo boleh tau sejarah islamnya di sana bagaimana? sesiapakah sjkah para ulama2/Waliulloh yg menyebarkan islam di sana Admin...

    BalasHapus
  3. Klo boleh tau sejarah islamnya di sana bagaimana? sesiapakah sjkah para ulama2/Waliulloh yg menyebarkan islam di sana Admin...

    BalasHapus