KETIKA

Ketika saat yang kau tunggu-tunggu tak datang juga,
ketika harapan yang kau tanamkan dalam hati tak berbuah juga,
ketika kepercayaan dan kekecewaan terkadang kabur dan datang kembali,
ketika sakit dan sembuh silih berganti menyapa,
ketika senyum dan air mata seakan bersatu padu,
ketika doa-doa terbaik rasanya tak menjadi realita,
ketika mimpi yang kau gantungkan di langit tak kunjung menjadi nyata,
ketika satu per satu pergi dengan alasan masa depan,
ketika satu per satu pergi meninggalkan perasaan yang mendalam,
ketika satu per satu pergi tanpa menoleh ke belakang,
ketika satu per satu pergi dengan meninggalkan pisau tajam penuh darah,
ketika air mata tak cukup membayar semua rasa,
ketika yang dipercaya ternyata adalah seekor serigala,
ketika yang mengaku dekat malah sebenarnya yang jauh sekali,
ketika jarak tak pernah berbaik hati,
ketika waktu tak pernah berhenti berputar,
ketika bumi sibuk dengan urusannya sendiri,
ketika semangat adalah sesuatu yang langka,
ketika harapan telah berada di ujung jalan,
ketika semuanya menjadi mustahil,
ketika melihat ke masa lalu,
ketika hanya ada kamu dan dia,
ketika malam dan pagi tak berbeda sama sekali,
ketika lapar, haus, dan kenyang tak berarti apa-apa,
ketika yang kau punya hanya hati,
ketika banyak di luar sana selalu menunggu,
ketika hati yang kau jaga terkadang goyah,
ketika prinsip yang kau tanamkan terkadang kau tanyakan lagi,
ketika semua yang kau lakukan seperti menyerang dirimu sendiri,
ketika semua melihat kau dengan sebelah mata,
ketika yang dulu katanya setia,
ketika kau menerima saja segala beban dengan senang hati,
ketika sebuah pertanyaan membutuhkan waktu lama untuk menjawabnya,
ketika kata-kata diartikan sebagai perasaan yang mendalam,
ketika hampa menjadi ada,
ketika ada menjadi tiada,
ketika langit kelabu menjadi cerah,
ketika langit cerah memunculkan pelangi,
ketika itulah yang memang selama ini kau tunggu,
ketika yang kau nantikan seakan tidak peduli sama sekali,
ketika jam telah menunjukan pukul dua belas malam,
ketika kau tak pernah mendengarkan ayam berkokok lagi,
ketika sunyi, senyap, dan sepi berkawan dengan ruangan berpetak,
ketika air hujan mulai menetes dari atas loteng,
ketika cat dinding mulai mengelupas satu per satu,
ketika merindukan hujan, menari di bawahnya, tersenyum,
ketika berusaha melupakan segala upaya dan rasa,
ketika yang matang menjadi mentah lagi,
ketika saling mengetahui rasa tapi entahlah,
ketika jalan yang kau tempuh berbeda dari yang lain,
ketika kau merindukan yang telah pergi untuk selamanya,
ketika merelakan air mata untuk yang telah pergi,
ketika ada yang tidak berhak untuk waktu berhargamu,
ketika ada saja yang salah mengartikan,
ketika satu-satunya yang kau punya adalah Yang Kuasa,
ketika semuanya terasa menjenuhkan,
ketika apa yang terjadi mempunyai hikmah,
ketika satu pertanyaan itu menjadi seribu jarum yang menerkam,
ketika yang bertahan adalah yang terbaik,
ketika yang kau tahu adalah bersabar,
ketika yang kau punya hanya Sang Pencipta,
ketika kau tahu dan percaya segala sesuatu terjadi karena memang seharusnya terjadi.

5 Desember 2017 @ruangan_bersejarah
Navira Fatah
Navira Fatah Menulis adalah membuat jejak kehidupan

Posting Komentar untuk "KETIKA"